Showing posts with label Resensi Buku. Show all posts
Showing posts with label Resensi Buku. Show all posts

Saturday, March 5, 2011

Mimi lan Mintuna


Judul : Mimi Lan Mintuna
Penulis : Remy Sylado
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan : Pertama, Maret 2007
Tebal : iv + 292 halaman

Saya sering mendengar lagu yang berjudul Mimi lan Mintuna. Dari lagu itulah saya sangat tertarik untuk mengetahui kisahnya, karena dalam lagu tersebut terkesan MAK CLESSS di hati. Mimi lan Mintuna ini adalah dua sejoli, sehidup semati, bahagia tak terpisahkan.

Sinopsis
Remy Sylado telah merampungkan novel terbarunya. Dalam novel ini Remy membeberkan jatuh-bangun kesetiaan sepasang suami-istri di tengah buasnya mafia perdagangan perempuan. Kesetiaan mereka tandas sampai akhir bagaikan pasangan mimi dan mintuna. Sang Mimi dan Sang Mintuna dalam kisah ini ialah Petruk dan Indayati. Petruk ialah preman kelas kampung yang kasar pada istrinya, Indayati. Rumahtangga mereka sarat kekerasan. Ia lantas ditembak oleh pembunuh bayaran namun bisa lolos dari maut dan pilih bertobat. Tapi pertobatan Petruk terlambat. Istri tercinta telah pergi dan belakangan diangkut ke mancanegara oleh sindikat pedagang perempuan internasional. Mafia itu memaksa Indayati menjadi bintang film porno sekaligus pemuas nafsu gasang lelaki hidung belang. Mengira hanya menghadapi segelintir preman kampung, Petruk pun bertekad membebaskan Indayati untuk merajut kembali mahligai rumahtangga yang koyak. Nyatanya, Petruk dan Indayati harus melawan kejamnya bandit-bandit multinasional, berlipat-lipat lebih ganas daripada preman kampung yang menembak Petruk. Sanggupkah Sang Mimi dan Sang Mintuna ini lolos dari kebuasan sindikat pedagang perempuan internasional?

Saturday, November 28, 2009

KEMBANG SERUNI


Judul Buku : KEMBANG SERUNI
Penulis : Denny Novita
Cetakan : I, November 2009
Penerbit LKiS Yogyakarta

“Kisah cinta rahasia Dyah Ayu Pitaloka dengan Gajahmada yang terjadi pada zaman Majapahit di permulaan abad ke-13 adalah legenda yang lahir dari imajinasi masyarakat seputar tragedi peristiwa Bubat yang menyimpan banyak misteri. Kisah itu berbeda sama sekali dengan kisah percintaan Seruni Anggraini dengan Gading Aryaputra yang hidup pada era Milenium kedua abad ke-21. Namun, Denny Novita dengan imajinasinya melontarkan kisah cinta terlarang Dyah Ayu Pitaloka dengan Gajahmada yang legendaris itu ke panggung kehidupan modern dalam wujud percintaan aneh Seruni Anggraini dan Gading Aryaputra yang aneh. Melalui pengalaman psikologis yang aneh, Seruni Anggraini yang merasa bahwa di dalam dirinya tersembunyi jiwa Dyah Ayu Pitaloka memiliki sikap mendua terhadap Gading Aryaputra, orang yang diam-diam dicintainya. Seruni Anggraini seolah terombang-ambing antara cinta dan benci tanpa alasan kepada Gading Aryaputra sebagaimana perasaan Dyah Ayu Pitaloka terhadap Gajahmada – laki-laki gagah yang dibenci, tetapi diam-diam dicintainya. Pergulatan jiwa Seruni Anggraini dalam menghadapi Gading Aryaputra yang seolah menyiratkan pergulatan jiwa Dyah Ayu Pitaloka dalam menghadapi Gajahmada, mengungkapkan gambaran paling dalam dari sebuah kisah cinta dua anak manusia yang aneh, tetapi sangat manusiawi. Dengan pemaparan yang mengalir, bahasa yang indah dan kaya imajinasi, Denny Novita mampu membawa kita ke dalam relung-relung imajinasi yang menakjubkan. Novel Kembang Seruni, sangat mengagumkan!”
- Agus Sunyoto, novelis buku best seller Serial “Suluk Syaikh Siti Jenar”.

Memakai setting sejarah yang cukup terkenal semacam Perang Bubat, bukannya tanpa resiko. Sejarah itu nyaris sudah diketahui ujungnya. Karena itulah, alur novel sejarah mesti bertarung dengan alur sejarah itu sendiri. Bila tak berhasil, ia tak memiliki tegangan kisah dan hanya sekadar afirmasi atau penceritaan ulang. Karena itu, novel ini menjadi menarik, karena ia mengambil kisahnya sendiri. Di sana kita merasakan gugatan sekaligus upaya penafsiran sejarah.
- Agus Noor, prosais.

Novel ini berkisah tentang pergolakan yang berkecamuk dalam ranah hati… Perasaan yang tak mampu terungkapkan…. Bahkan untuk sebuah kata yang tak sempat terucap. Seperti sebuah fakta yang tak kunjung terungkap, yang tercecer jauh didalam hati dan tertumpuk oleh berbagai persoalan-persoalan yang muncul silih berganti.
Denny Novita berupaya mengangkat sisi lain (Rasa) yang tercecer dari sebuah drama sejarah masa silam. Rasa yang tak pernah mati ataupun berubah, meski cerita itu di setting ulang menjadi drama masa kini. (……. reinkarnasi).
Denny Novita menggabungkan unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari sebuah peristiwa besar di Nusantara dengan rasa Cinta. Cinta terhadap sebuah keutuhan sejati. Cinta terhadap Nusantara …Cinta terhadap kelanggengan persaudaraan Bangsa Indonesia………..
Genk Kobra memahami Novel ini sebagai sebuah Wacana baru diantara berbagai wacana yang telah mendahuluinya tentang sisi perang Bubat. Toh semua hanyalah wacana. Namun setidaknya, Novel ini bisa menambah wawasan kita dan mengajari kita untuk tambah bijak dalam bersikap. Untuk mencapai Marem Siji-Marem Kabeh… Balance & Beyond.
Novel Kembang Seruni dan lagu-lagu Genk Kobra dalam album Kembang Lambe Nusantara. secara kebetulan dan tanpa kesengajaan sama sekali bertemu dalam sebuah stasiun kecil di sebuah desa. Sama-sama menunggu kereta api Argo Indonesia yang akan mengangkutnya menuju Stasiun Megapolitan.
Mari bergandeng tangan… berbagi ruang dan saling menjaga….
Bercerita dan Bernyanyi…
Sebuah langkah Merajut Nusantara
(HOLAYATE)
- Je. Elysanto, adipati Genk Kobra

Thursday, March 26, 2009

Dari Balik Dinding (bernama) LUKA


Penulis : Dian Ibung dan Dian Candra
SINOPSIS BUKU - Dari Balik Dinding (Bernama) Luka
Pernahkah kita menyibak sisi lain dari kehidupan? Ada banyak perih dan luka yang menganga. Salah satunya adalah mereka yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Buku ini penting, bukan hanya bagi mereka yang dirundung duka dalam rumah tangga, tapi bagi kita semua. Untuk lebih mengetahui tindak KDRT yang menimpa teman, saudara, atau mungkin diri kita sendiri.

Dua penulis perempuan yang juga para istri ini -- dengan sepenuh jiwa mencatat kisah-kisah cinta tragis dan perjuangan para korban KDRT dalam mencari kebebasan. Dan buku ini diambil dari kisah nyata.

Friday, September 19, 2008

Novel “Laskar Pelangi” Antara Budaya dan Sastra



Sunday, 30 March 2008 00:55 WIB
Tidak pernah ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta yng murni dan tulus, cinta yang mendalam menebar energi positif yang tidak hanya mengubah hidup seseorang, tetapi juga menerangi kehidupan orang banyak(potongan puisi yang tertera di cover novel).


Dunia perbukuan Indonesia belakangan ini dimarakkan oleh munculnya penulis-penulis baru yang berprestasi
melahirkan karya-karya bestseller. Satu dari sekian penulis tersebut adalah Andrea Hirata, seorang pria asal Belitong
yang mengisahkan perjalanan hidupnya dalam novel tetralogi Laskar Pelangi. novel ini merupakan karya fenomenal dari
pria yang mengaku belum pernah sekalipun menulis suatu karya sastra sebelumnya.

Penjualan buku ini benar-benar mengagumkan. Sejak diterbitkan pertama kali pada September 2005 sampai Oktober 2007, buku ini telah dicetak ulang sepuluh kali dan berhasil mendapat penghargaan Indonesia most powerful book.

Alur cerita Laskar Pelangi sangat inspiratif, novel ini mampu mengobarkan semangat mereka yang selalu dirudung kesulitan dalam menjalani blantika pendidikan di mana tokoh-tokoh didalamnya adalah manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, tawakal dan takwa yang dituturkan secara indah.

Selama ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan dan temukan arti kita tertawa, menangis dan terseduh ketika kita membaca setiap lembar bukunya. Ketika membacanya seolah menemukan Gabriel Garcia Marquez, Nicolai Gogal atau Alan Lighman ia seperti trance menulis “Laskar Pelangi” dengan kadar emosi demikian kental, bertabur metafora penuh pesona, deskripsi yang kuat, filmis ketika memotret lanskep dan budaya yang dikerjakan dalam kurun waktu tiga pekan.

Budaya Melayu Belitong

Ia menceritakan tentang orang-orang Melayu yang memiliki pribadi yang sederhana yang memperoleh kebijakan Melayu dari para guru mengaji dan orang-orang tua di Surau sehabis shalat maghrib. Kebijakan yang disarikan dalam hikayat para Nabi, kisah Hang Tuah dan rama-rama gurindam.

Ras Melayu Belitong adalah ras tertua Malay atau Melayu dikenal Albert Buffon sejak lampau ketika ia mengidentifikasikan ras-ras besar kaukasia, Negroid dan Mongoloid. Meskipun banyak antropolog berpendapat bahwa ras Melayu Belitong tidak sama dengan ras Malay seperti yang diungkapkan oleh Buffon dengan kata lain mereka sebenarnya bukan orang Melayu. Kenapa?

Pertama, karena orang-orang Belitong tidak paham akan hal itu dan kedua, karena mereka tidak memiliki semangat primordialisme. Bagi kebanyakan pendapat bahwa orang-orang sepanjang pesisir selat Malaka sampai Malaysia adalah Melayu, atas dasar ketergilaan mereka pada irama semenanjung, dentaman rebana dan pantun yang sambut menyambut bukan atas dasar bahasa, warna kulit, kepercayaan atau struktur bangunan tulang belulang. Melayu Belitong adalah ras egalitarian.

Seperti ikan yang hidup dalam akuarium, senantiasa lupa akan air, begitu pula Melayu Belitong. Sekian lama hidup berdampingan dengan orang sawang tidak menyadari bahwa mereka seperti orang Aborigin. Kulit gelap, rahang tegas, mata dalam, pandangan tajam. Bidang kening yang sempit, struktur tengkorak seperti suku Teuton dan bermbut kasat lurus seperti sikat.

Melayu Belitong seperti terisolasi karena mereka tinggal di sebuah pulau kecil dikelilingi Samudra sementara tidak semua peta memuat pulau ini. Satu-satunya akses suku ini kepada dunia luar adalah melalui sebuah pintu baja setebal 30 sentimeter bagi orang Belitong, pintu baja itu adalah tabur pemisah kehidup jahiliyah dan dunia moderen dan sekaligus laksana teropong kapal selam yang timbul untuk mengolok-olok dunia luar.

Pintu baja tulun itu menutup sebuah ruangan sempit rahasia yang menyimpan benda-benda keramat berwarna-warni. Ruangan ini disebut Kluis dan merupakan bagian utama dari sebuah kantor peninggalan Belanda. Jika pintu ini ditutup maka orang Melayu Belitong merasa bahwa di dunia ini tuhan yang menciptakan mereka dan bumi berbentuk lonjong.

Kluis adalah jendela alam semesta bagi suku Melayu Belitong oleh karena itu Kluis sangat penting dan kuncen (penjaga pintu) bukan orang sembarangan di dunia ini hanya ia dan tuhan yang tahu kombinasi sebelas digit nomor benteng pertama Kluis setelah memutar kombinasi itu ia harus melalui tiga tahapan lagi untuk membukanya: Pertama, ia harus memasukan dua kunci dan memutarnya setengah lingkaran secara bersamaan, Kedua, ia kembali memasukan sebuah
anak kunci besar yang harus diputar dengan kedua tangan karena harus cukup tenaga untuk membalikan enam buah batangan baja murni sebesar lengan dewasa dari pengekatnya. Inilah tuas kunci utama Kluis. Dan yang ketiga, setelah pintu besi 30 sentimenter itu terbuka ternyata masih ada lagi pintu besi jeruji yang dikunci dengan gembok tembaga selebar telapak tangan.

Sastra yang jujur dan sederhana

Andrea Hirata selain unsur budaya disisipkan ke dalam novelnya, ia juga tidak lupa memasukan beberapa unsur sastra yang begitu jujur, sederhana dan penuh makna bagi pembaca, yang merupakan sebuah perasan jiwa yang sedang jatuh cinta serta rasa cintanya kepada sang pencipta.

Aku Bermimpi Melihat Surga

Sungguh malam ketika di pangkalan punai aku mimpi melihat surga

Ternyata tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah hutan

Tidak ada bidadari seperti disebutkan di kitab-kitab suci

Aku meniti jembatan kecil

Seorang wanita berwajah jernih menyambutku

inilah surga katanya

Ia tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadah

Seketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja

Menyirami kubah-kubah istana

Mengapa sinar matahari berwarna perak, jingga dan biru?

Sebuah keindahan yang asing

Di istana surga dahan-dahan pohon ara menjalar kedalam kamar-kamar

Sunyi yang bertingkat-tingkat

Gelas-gelas kristal berdenting dialiri air zamzam

Menebar rasa kesejukan

Bunga Petunia ditanam di dalam pot-pot kayu

Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosen jendela tua berwarna biru

Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan dibalik tilam

Indah sekali sinar memmancarkan kedamaian

Tembus membelah perdu-perdu di halaman

Sunyi begitu sepi’

Tapi aku ingin di sini

Karena ku ingat janjimu tuhan

Kalau akau datang dengan berjalan

ENGKAU akan menjemputku dengan berlari-lari. (Bab XVI, hal: 181-182)


Demikian berlangsung beberapa bulan, setiap Senin pagi aku dapat menjumpai belahan jiwaku, hanya hati ini yang bicara melalui kuku-kuku yang cantik, tidak ada perkenalan, tidak ada tatap muka, tidak ada rayuan dan tidak ada pertemuan, cinta kami adalah cinta yang bisu, cinta yang sederhana dan cinta yang sangat malu tapi indah, indah sekali tak terperikan.

(Bab XX, hal: 252)


Bunga cinta Krisan

A ling, lihatlah ke langit

Jauh tinggi di angkasa

Awan-awan putih yang beranak itu

Aku mengirim bunga-bunga Krisan untukmu.(Bab XX, hal: 257)


Rindu

Cinta benar-benar telah menyusahkanku

Ketika kita saling memandang saat sembayang rebut malamnya

Aku tak bisa tidur karena wajahmu tak mau pergi dari kamarku

Kepala pusing sejak itu

Siapa dirimu...?

Yang berani merusak tidur dan selera makanku?

Yang membuat melamun sepanjang waktu

Setiap malam aku bersyukur kita telah bertemu

Karena hanya padamu, aku akan merasa rindu.....

A Ling.....(Bab XXI, hal: 280-281)


Novel Laskar Pelangi yang imajinatif apabila dibaca akan dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasibangsa Indonesia yang kini sudah terinfeksi nilai-nilai budaya eropa, berbaur menjadi sebuah tradisi atau budaya baru yang memilukan.

Hingga kini sebagian generasi kita telah kehilangan budayanya sendiri artinya generasi kita sekarang sebagian besar tidak berbudaya alias bertopeng dengan budaya bangsa lain sementara bangsa lain begitu mengagumi budaya Indonesia yang beranekaragam.

Sebuah novel yang memadukan semangat seorang pejuang yang sedang meniti pengetahuan demi masa depannya, dengan tidak lupa menambahkan unsur penting dalam menulis sebuah novel yaitu budaya dan sastra agar nilai estetika dan pendidikan tetap tertanam dalam sebuah karya-karya tulis karena hal ini yang akan menjadi nilai plus dalam sebuah tulisan.

Apabila anda seorang berbudaya dan mencintai sastra anda harus membaca novel Laskar Pelangi sebagai tolak ukur anda dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara agar generasi kita selanjut tidak terjebak dalam sebuah lembah budaya yang tidak memliki nilai apapun.(winsa)

Waspada Online
http://www.waspada.co.id Menggunakan Joomla! Generated: 20 September, 2008, 01:26

Monday, September 15, 2008

Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku


Ketika aku dengar judulnya aja...aduuuuhhh....aku langsung merinding, abis keren and daleeeeeeem abissssssss seh......Penulisnya Desi Puspitasari, penerbitnya Mizan. Yang pasti novel ini sangat enak, romantis dan sangat menyentuh. Isi dari novel ini adalah tentang kebimbangan seorang gadis dalam menentukan pilihan...nah ini sinopsis pendek yang terdapat di belakang buku tersebut :

Sosok Airin yang ada di hadapan Agus berbeda sekali dengan gadis kecil yang dikenalnya dulu. Gading itu sekarang sudah mengenakan jilbab rapi. Manis sekali. Rasa-rasanya Agus telah jatuh cinta pada Airin…..

Namun, sungguh diluar dugaan, Airin menolak cinta Agus. Kenapa? Apakah karena sudah ada lelaki bernama Dewa? Dibandingkan lelaki bermobil itu, Agus memang kalah dalam segalanya. Tetapi, apakah benar-benar Dewa yang menghalangi hati Airin bertaut dengan hati Agus? Atau kepribadian Agus yang terlalu urakan penyebabnya?

Selain harus menaklukkan hati Airin, ternyata Agus harus berjuang untuk melunakkan hati ayah Airin. Masihkah Agus punya kesempatan untuk meraih Airin ke dalam indahnya mahligai perkawinan?

Dalam kegamangan dan putus asa, Agus menemukan cahaya-Nya menerangi jalannya.

Jadi inti ceritanya adalah lagi-lagi ilmu ikhlas. Memang terkadang yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT. Nah Agus, dalam Novel ini, berhasil memahami betul apa yang terbaik buat hidupnya menurut Allah SWT melalui sebuah proses di sepertiga malam yang terakhir yang biasanya kita sebut "SHALAT TAHAJUD"!