Monday, September 1, 2008

Sastra Mundur Tanpa Kritik dan Penerbit

Belum Ada Penelitian Sastra yang Fenomenal

Surabaya, Kompas - Ketiadaan kritik bermutu membuat kesusastraan Jawa Timur sulit maju. Hal itu ditambah ketiadaan penerbit yang berkomitmen tinggi untuk menerbitkan karya sastra.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Airlangga IB Putera Manuaba menuturkan, kritik di kalangan akademisi kerap tidak tersebar luas. Kritik yang berupa hasil penelitian lebih banyak tersimpang di perpustakaan. "Dokumen itu paling hanya diakses oleh mahasiswa atau kelompok terbatas," ujarnya dalam diskusi "Ilmu Sastra dan Budaya di Jawa Timur" di Universitas Airlangga, Kamis (29/6).

Di sisi lain, kritik di luar dunia akademis yang lazimnya dipublikasikan di media massa kerap tidak komprehensif. Hal itu terutama disebabkan keterbatasan tempat.

Akibatnya, kritik tidak bisa memberikan dampak luas pada kesusastraan. Pasalnya, orang tidak tahu bagaimana mengapresiasi karya sastra. Padahal, cukup banyak sastrawan bagus asal Jatim.

Tanpa kritik yang bermutu, sastrawan bisa kehilangan unsur pendorong untuk meningkatkan kualitas karya atau melahirkan karya variatif. Pada akhirnya dunia sastra akan stagnan dari karya bermutu.

Kondisi ini ditambah dengan ketiadaan penerbit yang berkomitmen tinggi terhadap sastra. Para penerbit menganggap menerbitkan karya sastra tidak menguntungkan dibandingkan menerbitkan buku jenis lainnya. Akhirnya sejumlah pengarang menerbitkan sendiri karyanya.

Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya Bonari Nabonenar menuturkan, pemerintah juga berperan meredupkan kesusastraan Jatim. Setidaknya hal itu bila dilihat tidak ada bagian khusus di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim yang mengurusi sastra.

Guru besar Ilmu Budaya Universitas Negeri Surabaya Setyo Yuwono Sudikan yang juga menjadi pembicara menyoroti penelitian budaya Jatim yang belum lepas dari prasangka. Peneliti yang berangkat dengan prasangka cenderung menghasilkan penelitian yang menguatkan prasangka pula. Selain itu, juga belum muncul hasil penelitian fenomenal atau yang benar-benar baru sejak beberapa waktu terakhir. Di Jatim, misalnya, tidak lagi muncul hasil penelitian yang mengaji perbedaan subkebudayaan Madura di pulau Madura dan pulau-pulau kecil di sekitar Madura. (RAZ)

No comments: