Monday, March 2, 2009

PERMAINAN TRADISIONAL YANG TERLUPA

Kemajuan jaman sekarang ini semakin pesat dan dikuti pula oleh perkembangan teknologi yang serba canggih. Berbagai kemudahan ditawarkan untuk itu dari telekomunikasi, akses internet yang semakin mudah dan sampai kepada permainan anak-anak yang serba otomatis dan prgamatis. Memang dampak tersebut dapat dirasakan oleh orang banyak dan dapat memberikan identitas bahwa bangsa ini tidak ketinggalan jaman dalam hal teknologi. Kita dapat melihat anak-anak sekarang lebih menyukai permainan yang serba elektronik yang memberikan kemudahan, tidak perlu bersusah-susah membuat atau mencari teman untuk bermain, cukup mereka pergi ke mall atau arena bermain sudah dapat bermain sepuasnya asalkan mempunyai uang yang cukup.
Kita dapat melihat jenis permainan anak-anak jaman sekarang dari play station, video game, mobil-mobilan yang digerakkan dengan remote control, boneka yang dapat berbicara layaknya manusia dan masih banyak lagi. Berbeda dengan permainan tradisional yang sederhana tetapi dapat memberikan pelajaran kepada anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Permainan tradisional memang bisa dikatakan ketinggalan jaman bila disesuikan dengan jaman sekarang. Tetapi, sebenarnya bahwa permainan tradisional adalah salah satu warisan dari nenek moyang kita terdahulu yang wajib dilestarikan. Anak-anak sekarang lebih cenderung ke sifat individualis dan konsumtif karena pengaruh acara televisi yang mereka tonton. Mereka dapat berjam-jam di depan televisi menikmati acara yang ditonton dari sinetron sampai film kartun tanpa harus keluar rumah untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman. Padahal anak-anak harus lebih banyak bersosialisasi dengan teman sebayanya untuk membentuk karakter anak itu sendiri.
Kita ketahui anak-anak adalah peniru yang baik. Mereka akan meniru apa yang mereka lihat ditelevisi tanpa mengetahui efek yang akan timbul pada dirinya atau sebab dan akibatnya. Bila itu terjadi secara terus menerus akan mempengaruhi cara berpikir anak itu sendiri. Hal itu tidak hanya terjadi di kota-kota tetapi di desa sekarang pun permainan tradisional ditinggalkan. Tanpa kita sadari bahwa pabrikan yang memproduksi mainan tersebut adalah penjajah yang berkedok dengan produk. Bayangkan orang tua harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli satu macam mainan padahal banyak sekali macam mainan yang ada. Tidak hanya sampai disitu kita harus rela kehilangan ciri identitas budaya lokal bangsa ini yang unik, yang setiap bangsa tidak memilikinya.
Bangsa-bangsa maju seperti Cina, Jepang, Korea, atau Amerika yang memproduksi mainan itu mempunyai misi khusus yaitu untuk memasukkan unsur budaya mereka dengan membonceng hasil produk mereka. Tentu hal yang termudah anak-anak karena kejiwaan mereka masih labil, masih mudah untuk dipengaruhi. Tentu bila kita menengok ke belakang sebelum produk-produk mainan luar negeri merajalela, orang tua tidak harus bersusah-susah mengeluarkan uang. Setiap anak-anak keluar rumah masih bisa bermain dengan hal-hal yang ada disekitarnya tidak harus serba mahal dan mengeluarkan biaya.
Bila sejak dini anak sudah dibiasakan dengan pola hidup sederhana dan rasa tanggung jawab dia akan menjadi anak yang berhasil dan menurut kepada orang tua. Memang itu tidak mudah, setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda dan masa kecil adalah masa bermain bagi anak. Tetapi, apa salahnya jika kita mempengaruhi anak dengan pola atau pengemasan permainan yang mengajarkan hal tersebut. Toh, anak-anak masih bisa bermain dan tidak kehilangan masa itu.
Keberadaan permainan anak-anak dengan bentuk dan teknik modern terkadang menjadi sumber dari kealpaan terhadap permainan anak-anak tradisional. Berbagai jenis permainan tradisional untuk anak justru memberi sesuatu yang dibutuhkan anak terkait dengan sosialisasi, edukasi, filosofi, etika, kearifan, disiplin, sportivitas, dan lain-lain. Sekarang sudah saatnya untuk menengok dan menghidupkan kembali berbagai jenis permainan tradisional itu sebagai sesuatu yang memberikan efek poisitif dan konstruktif bagi anak-anak.
Ada berbagai macam permaianan tradisional dan sifatnya bervariatif memungkinkan anak-anak tidak mempunyai rasa bosan. Contoh, permainan benthic, biasanya permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki. Ada juga permainan untuk anak perempuan yaitu cublak-cublak suweng. Anak perempuan biasanya melakukan permainan ini dengan bernyanyi. Tidak hanya itu ada juga permainan tradisional yang dilakukan dimalam hari ketika bulan purnama yaitu jamuran. Permainan ini juga dilakukan sambil berdendang atau bernyanyi.
Dharmamulya (1997) menyebutkan bahwa permaianan anak tradisional mengandung beberapa nilai unsur budaya yang antara lain bahwa permainan anak tradisional mengandung unsur rasa senang bagi anak yang memainkannya, dan rasa senang ini dapat mewujudkan suatu fase kesempatan baik menuju kemajuan. Permaianan tradisional secara tidak langsung juga mengajarkan pada anak tentang nilai-nilai budaya yaitu nilai gotong royong, kebersamaan, saling tolong menolong, tepa slira antar sesama teman dan memupuk rasa keberanian yang menjadikan anak supaya tidak minder. Tanpa disadari, anak-anak itu sendiri telah memupuk nilai-nilai budaya dalam dirinya masing-masing dan ikut melestarikan budaya lokal yang penuh makna dan berarti bagi kelangsungannya untuk kemajuan jaman saat ini.

Rohadi Budi Widyatmoko
Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah
FSSR Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta

No comments: